Kamis, 18 Desember 2014

BAYANGAN ROSDUL QIBLAT DUA KALI DALAM SEHARI



Bismillahirrohmaanirrohiim.
Saya teringat dan tertarik tentang posting mengenai baying-bayang matahari yang berhimpit dengan garis arah qiblat pada suatu lokasi di permukaan bumi yang ternyata hal itu bisa terjadi lebih dari satu kali dalam sehari.seperti yang dipost oleh Gus Ibnu Zahid Abdo El-Moeid di



juga Mas AndiPangerang di


Bagaimanakah sebenarnya yang  terjadi ?

Selama ini tingkat ketelitian perhitungan rumus waktu sholat, maupun rumus mencari bayangan rosdul qiblat masih pada tingkat ketelitian harian, artinya nilai deklinasi matahari yang digunakan dianggap sama sepanjang hari yang dihitung tersebut, hal ini dipengaruhi beberapa factor, bisa kita sebutkan salah satu factor tersebut adalah penyederhanaan proses perhitungan yang terkait teknologi belum secanggih hari ini.sehingga untuk mencapai ketilitian yang lebih masih riskan.
Dengan semakin canggihnya alat hitung yang digunakan  sekarang perhitungan waktu sholat harian sudah banyak yang kemudian menggunakan nilai deklinasi yang lebih mendekati nilai deklinasi saat masing-masing awal waktu sholat. Meskipun pada akhirnya hasilnya memang tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan model menggunakan nilai deklinasi yang tetap untuk sehari perhitungan, apalagi dengan dimasukkannya unsur ikhtiyath maka hasilnya bisa dikatakan tetap sama anatara kedua model tersebut.


Begitu juga dalam perhitungan bayangan rosdul qiblat juga masih menggunakan anggapan bahwa nilai deklinasi seharian adalah sama. Sehingga kalau digambarkan tentang proses perhitungan bayangan rosdul qiblat tersebut secara prinsip adalah
1.     Menghitung arah qiblat suatu lokasi
2.     Menggambar garis qiblatnya
3.     Menghitung nilai deklinasi matahari pada hari itu
4.     Menghitung jam saat lingkaran edar matahari harian berpotongan dengan garis qiblat tersebut.


Perhatikan ilustrasi sebagai berikut :









K          = kutub
M         = lokasi Ka’bah/Makkah
P          = Lokasi yang dihitung
MPd     = Garis qiblat

Besar sudut arah qiblat maupun azimuth matahari adalah sudut di titik P
d (putih)           = posisi matahari sebelum berhimpit dengan garis qiblat
d (hitam)           = posisi matahari ketika berhimpit dengan garis qiblat
sudut PKd        = sudut waktu terjadinya rosdul qiblat
garis Kd           = adalah jarak matahari ke kutub senilai komplemen dari deklinasinya
garis merah putus-putus menunjukkan bahwa nilai deklinasi tetap baik sebelum maupun saat berhimpit bahkan setelah lepas dari garis qiblat.

Gambar di atas hanya untuk memudahkan dalam memahami prinsip perhitungan maupun perumusan perhitungan bayangan rosdul qiblat. Mestinya adalah garis-garis lengkung yang digambarkan pada permukaan bumi sehingga membentuk segitiga bola.

Dari prinsip kerja tersebut maka terkesan bahwa terjadinya baangan rosdul qiblat hanya bisa terjadi sekali dalam seharinya, atau dua kali namun yang satunya terjadi ketika matahari di bawah ufuq, atau bahkan dua-duanya terjadi ketika di bawah ufuq. Hal ini tentunya mengacu syarat terjadinya bayangan rosdul qiblat, yaitu bayangan rosdul qiblat hanya terjadi bila
1.     Nilai sudut arah qiblat > dari nilai absolut deklinasi matahari
2.     Nilai deklinasi tidak sama dengan nilai lintang lokasi

Lebih lanjut bisa mengikuti tautan berikut :



Pada kenyataannya nilai deklinasi matahari selalu berubah setiap saatnya, detik perdetik menit permenitnya. Ada kalanya membesar adakalanya mengecil relatif dengan jarak ke ekuator.

Contoh ilustrasi ketika nilai deklinasi membesar (menjauhi ekuator) :

 

 





Dalam gambar diilustrasikan bahwa posisi matahari pada jam 6 pagi kemudian semakin menjauhi ekuator pada jam-jam berikutnya.

Gambar inipun hanya untuk memudahkan membayangkan bahwa posisi matahari setiap saatnya selalu berubah dan tidak menerangkan sekala dan ukurannya.


Dengan memahami kenyataan semacam itu maka sebenarnya bisa saja terjadi bayangan rosdul qiblat lebih dari sekali dalam sehari (pagi-sore) bila garis edar matahari harian bersinggungan dengan garis qiblat dua kali dalam waktu yang berdekatan sebagaimana ilustrasi berikut ini :





M = adalah Ka’bah/Makkah
P = lokasi tertentu
K = Kutub
d1 = posisi matahari pada saat t1        
d2 = posisi matahari pada saat t2
garis MPd2d1 adalah garis qiblat
garis oranye putus-putus adalah garis lintasan edar matahari harian
Kd1 = adalah komplemen deklinasi matahari saat t1
Kd2 = adalah komplemen deklinasi matahari saat t2
P’ =proyeksi titik P di ekuator
PP’ = nilai lintang titik P

d1’ =proyeksi titik d1 di ekuator
d1d1’ = nilai deklinasi titik d1
                               
d2’ =proyeksi titik d2 di ekuator
d2d2’ = nilai deklinasi titik d2

sudut t1 di kutub = panjang busur P’d1’ di ekuator
sudut t2 di kutub = panjang busur P’d2 di ekuator

garis lintasan edar matahari harian memotong garis qiblat dua kali yaitu pada t1 dengan deklinasi matahari sebesar d1d1’ dan pada t2 dengan nilai deklinasi d2d2’.

Syarat bisa dikatakan terjadi dua kali terjadi baying rosdul qiblat adalah
1.     Panjang busur Pd1 maupun busur Pd2 < 90 derajat ,artinya posisi d1 maupun d2 adalah di atas ufuk semua
2.     Jarak d1 ke d2 < 180 derajat artinya keduanya terjadi pada siang hari yang sama.


Selama kedua syarat kondisi tersebut terpenuhi maka peristiwa terjadinya dua kali bayangan rosdul qiblat tidak hanya bagi titik P saja namun berlaku bagi titik titik di sepanjang garis qiblat tersebut. Yang berbeda adalah nilai t1 dan t2 nya, keduanya ditentukan dari jarak proyeksi titik-titik tersebut di ekuator ke d1 maupun d2.
Titik-titik di sepanjang garis qiblat tersebut bukan mempunyai sudut arah qiblat yang sama namun dihubungkan oleh satu garis qiblat ang sama.

Di akhir  tulisan ini, ada sebuah pertanyaan penting yang menarik yaitu: Faktor penting apakah yang menjadi kuncinya ?

Kunci dari semua itu adalah sudut yang terbentuk di titik M atau ka’bah.
Besar sudut yang terbentuk oleh meridian Ka’bah dan garis qiblat di titik M itulah yang menentukan apakah garis qiblat ketika melewati daerah di anatara garis balik utara dan garis balik selatan memungkinkan atau tidaknya berpotongan dengan lintasan edar matahari harian sehingga daerah-daerah tertentu di sepanjang garis qiblat tersebut bisa mengalami baying rosul qiblat dua kali dalam sehari.jadi bukan sudut qiblat lokasi tertentu.

Demikian uraian singkat mengenai lokasi-lokasi yang memungkinkan terjadinya bayangan rosdul qiblat dua kali dalam sehari.

Insya Alloh tulisan ini masih ada sambungannya mengenai perumusan keadaan tersebut dan contoh-contoh kasusnya. Insya Alloh Wallohu a’lam.
Yogyakarta, Kamis 18 Desember 2014 00:55 WIB

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar